Tuesday, January 29, 2008

Sesekali dia marah. Dia marah akan kekacauan yang melanda jiwa. Sesekali terdetik rasa cemburu terhadap mereka yang dari luarnya seakan insan paling bahagia di dunia. Mereka bebas. Tiada perlu memikir apa pun. Tapi kadangkala dia kembali bertanya akan diri sendiri, sanggupkah dia memilih untuk hidup menjadi manusia yang sebegitu. Hidup gembira dalam dunia sendiri? Wajarkah disamakan dengan katak di bawah tempurung? Katak punya potensi untuk melompat tinggi tapi semua sia-sia andai tempurung tetap jua menjadi pilihan meniti hari-hari seharian tanpa perlu membebankan fikiran dengan apa pun?

Tidak sekali-kali. Dia rasa dia tidak sanggup hidup begitu. Saat ini dia merasakan perlu bersyukur atas kekacauan yang melanda jiwa. Atas rasa gundah yang dikecapinya, samaada bersebab ataupun tidak bersebab.

"Dengan masalah manusia itu akan mula mencari-mencari. Mula mendekati hikmah yang tersembunyi atas kegusaran yang terhasil dari ketidaktenangan jiwa. Dengan kegelisahan manusia mula berfikir, mencari diri, mengungkapkan pertanyaan demi pertanyaan atas punca kekacauan itu. " itu kata hatinya.

Dia sekadar membayangkan, adakah dirinya akan bersusah-payah menjadi pencari hikmah atas setiap sesuatu andai dia manusia yang bebas dari konflik? Tapi siapalah yang tidak terlepas dari konflik? Mungkin bentuknya berbeza-beza.

Dan adakah harus dia bersyukur atas rasa kacau itu? Kerana dari situ dia menjadi pencari hikmah...Sekurang-kurangnya dia memilih untuk menjadi pencari hikmah daripada menjadi katak yang selesa dengan tempurungnya.

Monday, January 28, 2008

"Sesungguhnya perjalanan seorang daie itu sangat panjang dan melelahkan. Ketika itu orang lalai akan hairan melihat daie menyengsarakan diri dalam kelelahan dan bertanya, 'Sampai bila kau akan melelahkan diri?'. Dijawab daie dengan pasti, 'Sebenarnya aku mengharapkan pengistirehatan (syurga)." - al Fawaid- Ibnu Qayyim.

Tuesday, January 22, 2008

Monday, January 21, 2008

Saya terasa otak seakan makin lembab sejak pulang ke tanahair ini. Samada banyak makan (tak la sangat) ataupun kepenatan (kelas ada setiap hari kecuali hujung minggu) saya tahu sangat saya sendiri yang wajar dipersalahkan.

Tapi saya terlalui merindui Australia. Saya merindui suasana yang sangat kondusif untuk belajar dan berfikir serta mentafsir. Saya merindui bertemu dengan sisters2 dari serata dunia dan surau juga merindui keindahan tasik (walaupun tak indah pada semua mata). Arh memang banyak sangat yang saya rindu.

Hujung minggu lepas berpeluang ke PSM di Bt Cerakah untuk kali pertamanya dan bertemu dengan banyak mereka-mereka yang saya kenal di OZ. Saat bertemu dan menerangkan apa yang patut kepada adik yang bakal ke Macquarie saya rasa seperti mau saja ikut dia pulang.

Mungkin saya banyak merungut. Saya merungut kerana merasa kejatuhan semangat sejak pulang. Saya rasa saya perlu lebih bersemangat. Saya tak ingin ia luntur.

Saya ingin jadi salah seorang heroes. Hero yang tunduk dan mengabdikan diri hanya pada Tuhannya dan menolak yang lain dalam soal pengurusan hidup.
Nasib masyarakat wajar dikasihani. Saya nampak negara saya secara kasarnya telah develop materially. Tapi spirituallynya?
Kita semua tahu...

We need more 'islah'.. Saya sudah nampak cabarannya di sini.

Wednesday, January 16, 2008

To be Muslim is cool
It's cool to be a Muslim. A full-time one.
It's a wonder why people choose to embrace hedonistic belief while the beauty of Islam is never yet to be discovered.
Please discover Islam. We haven't learned enough about it. Stop indulging on those trivial matters. Stop listening to the media. But a media that preaches good things is an exception.
A friend expressed her dissapointment with Malaysian TV shows nowadays. it's tempting to watch but in a away it teaches and influences people to think those who use feet to walk are the abnormal ones while the ones who walk on their hands is the usual ones. The type of people that everyone should be. Actually we are referring to a scene in one of the shows on TV3, "Dunia Baru Kami" which portrayed the anger of a mother in a fun way (orang alim kata orang Melayu, wear tudung labuh and a dakwah activist) when she discovered that his son is singing at a gig. We are not happy with the scene because they make it look like as if the mother is the weird one for not allowing such behaviour of his son. And they made the scene as something to be laughed at. Mereka tak sedar mereka yang berjalan dengan tangan tapi gelakkan mereka yang berjalan betul dengan menggunakan kaki.
I know it's the time when people arent able to distinguish between the truth and false. That's why we need Quran as guidance. I really think that it is a pity that we can memorise things for exams but never we want to look for what is inside the Quran. The words from God. It's not worth reading thousands of books while never we want to think about the verses in this Miraclous book. In order to be able to know of the truth start reflecting on Quran.
(Some said that to read and interpret the meaning of Quran needs a teacher so that we can avoid the devils from being the one that teach us, but I discovered in a talk that this teaching actually derived from Christianity. Not Islam. It's good to have a teacher to teach us about the meaning of the Quran but that doesnt mean having no teacher at all should stop us from reflecting on the Quran as Allah firmans that Al-Quran is made to be easy for remembrance and understanding.)
Mari mencari Islam.