Friday, August 25, 2006

Aku benci...
keadaan ini...
apa kamu semua tahu!

Aku benci...
diselubungi perasaan haram ini...
tapi kenapa aku harus rasa bahagia dengannya?

Aku benci...
perangkap nafsu,setan antara hati dan akal...


maaf aku hanya baru bangun tidur...
setelah tertidur kerana sibuk memikirkan

5 comments:

Anonymous said...

Perasaan itu seperti bumbu makanan. Adanya bumbu membuat makanan terasa enak, jika tidak hanya terasa tawar rasanya. Perasaan itu anugerah, dan sebagai manusia, Allah titipkan perasaan itu pada kita. Jadi, manusia tidak pernah mungkin bisa menolaknya, baik itu perasaan bahagia, sedih, marah, atau apapun yg manusia bisa rasakan dengan hatinya. Perasaan itu akan menjadikan ibadah pada ALlah semakin indah. Seperti sepasang kekasih yang telah diikat akad nikah. Kecintaan kita pada Allah akan semakin indah kalau benar-benar manusia bisa mengerti, memahami dan meyakininya. Jadi, ibadah itu bukan suatu penindasan atau penjajahan, tetapi sarana/media manusia untuk dapat lebih mengenal Allah, sehingga bisa mencintaiNya dengan segenap hati.

Manusia sebenarnya tidak berhak untuk membenci suatu perasaan yg ada pada hatinya, karena itu sama saja dengan menolak pemberian Allah. Hal yang bisa manusia lakukan adalah mengarahkan agar perasaan itu tidak menjadikan dirinya MENJAUH dari Allah. Perasaan sangat sensitif, kadang bisa mengalahkan logika, maka perasaan juga merupakan sasaran yang enak untuk syetan bisa mengotori perasaan itu.

Manusia diberikan kebebasan untuk memilih. Memilih apapun di dunia ini, tetapi Allah tidak begitu saja memberikan kekebasan dengan tidak memberikan potensi pada diri manusia. ALlah telah menitipkan pendengaran, penglihatan, dan hati; akal, nafsu dan kalbu; kecenderungan untuk fujur dan taqwa. Dengan integrasi dari berbagai potensi itu, diharapkan manusia bisa memilih jalan yang benar, sampai manusia bertemu dengan Khaliknya dan mempertanggungjawabkan segala yang telah diperbuat.

Jangan pernah menyerah, putus asa, atau merasa diri rendah. Merendah hatilah di depan manusia lain, dan merendah dirilah di hadapan Allah. Ampunan ALlah lebih sangat besar daripada kesalahan yang pernah manusia perbuat, jika manusia itu meminta ampunanNya.

-hadid-

Far Azmi said...

yup salah saya kerana menolak fitrah perasaan itu...iya perasaan itu anugerah Allah... terpulang kepada kita untuk mengarahkannya ke mana... :(

Nisa Kamaruddin said...

wa hadid~

bermakna sungguh kata-katamu~

Anonymous said...

Thanks.

Tetapi, sebenarnya itu adalah kondisi ideal yang hanya bisa dicapai dengan approximation (suatu pendekatan, agar sebuah teori bs diterima dengan menggunakan asumsi-asumsi yang valid). Terkadang dengan kompleksitas permasalahan manusia, kondisi itu sangat sulit tercapai. Intinya adalah bagaimana kita berikrar dalam hati, dan menjalani suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik di hadapanNya, walaupun sangat pahit dirasakan hati. Tetapi, itulah perjuangannya. Suatu perjuangan yang akan selalu menuntut suatu pengorbanan. Pengorbanan yang tidak akan sia-sia, Insya ALlah, karena akan selalu ada hikmah dan ibrah dalam setiap fenomena yang ditemui.

-hadid-

Nisa Kamaruddin said...

hadid,
hidup ini satu perjuangan kan?
berkorban untuk perjuangan di landasan Allah insyaAllah dijanjikan Allah kemanisan yang tidak terhingga.

Dunia ini satu drama, akhirat adalah realiti.